Merah muda atau yang biasa disebut dengan warna pink, biasanya identik dengan fesyen, produk kecantikan, dan hal-hal lain seputar wanita. Keberadaan warna pink yang ada saat ini, biasanya memiliki shades yang berbeda-beda tiap jenisnya. Namun, kita sebagai orang awam, suka menyamaratakan semua warna pink. Padahal, sebenarnya berbeda loh!
Warna yang sering kita sebut dengan pink
muda atau pink gelap, nyatanya memiliki namanya masing-masing. Nah, sebelum
mengenal berbagai variasi warna pink, ada baiknya kita cari tahu dulu hal-hal
seputar warna pink. Apa saja sih? Berikut ulasannya
pink dihasilkan
dari pigmen warna magenta. Dicampurkan dengan komposisi tertentu dan akurat
sehingga menghasilkan warna tepat seperti yang diinginkan. Oleh karena itu,
pink bukan lagi warna primer.
Pink selalu identik dengan wanita dan
feminim. Hal itu, menjadi tradisi umum di dunia selama bertahun-tahun bahkan
hingga kini. Namun, tahukah kalian kalau sebenarnya warna pink, dulunya bukan
dikhususkan untuk wanita, melainkan laki laki.
Dikutip dari tirto.id pink sebagai warna maskulin karena warna
tersebut sangat tegas dan keras sehingga cocok dengan jiwa pria. Hal tersebut
juga diperkuat dengan teori warna yang dikemukakan oleh arsitek bernama Leon
Battista Alberti melalui tulisannya “De Pictura”.
Beberapa fakta lain menyebutkan pada
tahun 1927, majalah Time mencetak
grafik bahwa toko-toko pakaian anak terbesar di Amerika menyarankan untuk
memakaikan pakaian pink untuk anak laki-laki dan biru untuk anak perempuan.
Lantas, mengapa justru biru dijadikan warna perempuan? Karena awal abad ke-19
terdapat 3 warna yang mewakili kasta sosial, yaitu emas mewakili kebangsaan,
merah orang bebas, dan biru mewakili para budak. Karena budak kebanyakan adalah
wanita, maka biru pun melekat sebagai warna yang feminin. Fakta tersebut
didasarkan pada tulisan Jhon Gage berjudul Color in Western Art: An Issue.
Lantas,
pink mulai identik dengan unsur feminim, diawali dengan munculnya gerakan
pembebasan perempuan di pertengahan tahun 1960-an. Profesor Jo B. Paoletti
melalui bukunya mengatakan saat itu sedang gencar-gencarnya perempuan menuntut
kesetaraan gender. Salah satu media yang paling ampuh untuk melakukan kritik
adalah dunia fesyen.
Dikutip dari tirto.id dalam penemuan Paoletti, sebagaimana dilansir dari smithsonianmag.com, disebutkan bahwa pada 1970, katalog Sears Roebuck selama dua tahun menampilkan pakaian wanita berwarna pink yang divariasi dengan renda-renda. Tren fesyen seperti ini kemudian berkembang hingga tahun 1980-an di mana banyak bayi perempuan dipakaikan baju dan pernak-pernik warna pink. Dari situlah, muncul stigma bahwa pink adalah warna yang dikhususkan untuk wanita.
Dikutip dari tirto.id dalam penemuan Paoletti, sebagaimana dilansir dari smithsonianmag.com, disebutkan bahwa pada 1970, katalog Sears Roebuck selama dua tahun menampilkan pakaian wanita berwarna pink yang divariasi dengan renda-renda. Tren fesyen seperti ini kemudian berkembang hingga tahun 1980-an di mana banyak bayi perempuan dipakaikan baju dan pernak-pernik warna pink. Dari situlah, muncul stigma bahwa pink adalah warna yang dikhususkan untuk wanita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar